Cepogo adalah sebuah wilayah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terkenal sebagai pusat kerajinan tembaga Boyolali. Wilayah ini telah lama menjadi sentra kerajinan tembaga, berkat upaya yang dilakukan oleh tiga dosen Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (Dwi Kristianto, Prapto Yuwono, dan Tony Doludea) serta dua mahasiswinya, Dewi Dian Lestari dan Trisnani Jati Winahyu. Mereka mengangkat potensi Dukuh Tumang, Cepogo, sebagai pusat kerajinan tembaga.
Cepogo terletak di sisi timur lereng Gunung Merapi, dengan tanah kering yang membuat penduduknya tidak bergantung sepenuhnya pada pertanian. Meskipun demikian, masyarakat Cepogo dikenal sebagai individu yang kreatif, mewarisi tradisi kerajinan dari nenek moyang mereka. Mereka mandiri dengan beralih menjadi pengusaha kerajinan tembaga lokal.
Keahlian masyarakat Cepogo dalam membuat kerajinan tembaga tidak muncul begitu saja. Kerajinan tembaga pertama kali berkembang di Dukuh Tumang, yang menjadi pusat keahlian warga Cepogo dalam mengolah logam.
Menurut cerita masyarakat, awal mula kerajinan tembaga di Cepogo terkait dengan kisah Kyai Rogosasi, seorang pewaris tahta kerajaan Mataram Islam yang diasingkan. Kyai Rogosasi dididik di Tumang, Cepogo, dan murid-muridnya tidak hanya belajar agama, tetapi juga keterampilan mengolah logam. Inilah yang kemudian melahirkan tradisi kerajinan tembaga di Tumang, Cepogo.
Versi kedua menceritakan bahwa Paku Buwono X, raja Keraton Surakarta, mengunjungi Dukuh Tumang untuk mencari pusaka kerajaan yang hilang. Di sana, ia melihat masyarakat membuat peralatan masak dari tembaga yang berbeda dengan kerajinan logam di Keraton Surakarta. Sang raja memberikan nasehat kepada warga Tumang untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang kemudian diwariskan turun-temurun.
Kerajinan tembaga Boyolali telah lama dikenal sebagai salah satu industri unggulan di Indonesia. Setiap produk tembaga yang dihasilkan merupakan perpaduan antara keahlian tradisional dan sentuhan modern. Banyak orang yang mengunjungi Boyolali untuk melihat langsung bagaimana pengrajin tembaga bekerja, bahkan mencoba membuat kerajinan sendiri.
Masyarakat Boyolali telah mewarisi keterampilan ini selama beberapa generasi. Tidak sedikit pengrajin muda yang mulai terjun dalam industri ini. Mereka tidak hanya memproduksi barang-barang fungsional seperti peralatan dapur, tetapi juga barang-barang hiasan yang menambah nilai estetika pada rumah.
Proses pembuatan kerajinan tembaga Boyolali bukanlah hal yang mudah. Pengrajin memulai dengan memanaskan tembaga hingga mencapai suhu yang cukup tinggi. Setelah itu, tembaga dipukul dan ditempa dengan alat tradisional untuk membentuk berbagai produk yang diinginkan.
Setiap detail dalam pembuatan kerajinan ini memerlukan ketelitian yang tinggi. Pengrajin harus memiliki keterampilan khusus dalam mengukir dan menempa logam agar hasil akhirnya sempurna. Beberapa produk, seperti lampu gantung dan hiasan tembaga, memerlukan sentuhan artistik agar terlihat lebih menarik.
Kerajinan tembaga Boyolali tidak hanya terbatas pada barang-barang kecil atau dekorasi rumah. Produk yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari peralatan dapur hingga hiasan rumah yang mewah. Beberapa produk unggulan yang banyak dicari adalah baskom, wajan, panci, dan bokor tembaga.
Selain itu, kerajinan tembaga juga digunakan untuk membuat lampu gantung yang unik dan menarik. Setiap desain memiliki ciri khas tersendiri, yang membedakannya dari produk lainnya. Banyak orang memilih lampu gantung tembaga Boyolali sebagai pilihan dekorasi rumah yang elegan.
Bagi Anda yang tertarik dengan kerajinan tembaga Boyolali, Dama Art Gallery menawarkan koleksi seni luar biasa yang sangat berkualitas. Galeri ini menjadi tempat terbaik bagi Anda yang mencari karya seni berkualitas tinggi dan unik. Pengrajin tembaga di Dama Art Gallery menciptakan berbagai kerajinan berkualitas tinggi. Anda dapat memilih kerajinan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan Anda. Kunjungi situs resmi di damaartgallery.com untuk melihat koleksi lengkap dan melakukan pemesanan dengan mudah.